Inilah Tiga Strategi Cerdas Bagi
Pemilih Muda
Pemilihan
Walikota Malang, Pemilihan Gubernur Jawa Timur dan Pilpres akan digelar mulai
2013 mendatang. Pemilih muda tentunya harus mempunyai strategi cerdas untuk
menentukan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin.
Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas
Brawijaya Muhtar Haboddin membagikan tiga strategi cerdas kepada sejumlah
pemilih muda yang hadir dalam seminar bertajuk ‘Peningkatan Partisipasi Masyarakat
dalam Pemilihan Umum’ di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Selasa (30/10/2012).
Ia berpesan agar pemilih muda harus mampu mempunyai pemikiran kritis dan tidak
menggadaikan hidup lima tahun ke depan kepada pemimpin yang tidak mempunyai
komitmen untuk mengayomi masyarakat.
Strategi yang pertama adalah mengetahui
program dan figur dari para calon. Menurut Muhtar Haboddin, seorang politisi
yang mencalonkan diri diharuskan mempunyai program yang bisa menyentuh para
pemilih. Sedangkan sosok figure adalah sosok yang memang dipandang lebih mampu
mengunggulkan seorang politisi dibandingkan uang yang banyak. “Jika kita
melihat fenomena pemilihan Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu, Fauzi Bowo
jelas mempunyai banyak uang. Tapi di balik itu, masyarakat DKI Jakarta lebih
memilih Jokowi karena sosok figurnya lebih bisa diterima oleh masyarakat
Jakarta,” ujarnya.
Strategi kedua yang perlu dilakukan
adalah menjadikan pemilu sebagai arena menghukum politisi atau partai politik. Sebab
pemilih pemula dinilai mempunyai kuasa untuk mengangkat dan mendepak politisi
dari kursi parlemen dan eksekutif. Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan
mengalihkan pilihan politik ke figur dan partai yang benar-benar memperjuangkan
aspirasi dan kepentingan rakyat banyak. “Gerakan menggembosi partai Golkar di
Sulawesi Selatan pada pemilu 2009 dan gerakan menghukum PDIP sebagai partainya ‘wong
cilik’ pada pemilu 2004 dan 2009 merupakan bukti bagaimana pemilih menghukum
politisi dan partai politik,” bebernya.
Untuk itu, lanjut Muhtar, pemilih
bisa menggunakan pemilu 2014 sebagai waktu yang paling tepat untuk menghukum
partai dan politisinya yang selama ini bermain-main dengan nasib rakyat. “Jadi
jangan sampai ada pemilih yang memilih untuk golput atau tidak memilih,”
imbuhnya.
Strategi terakhir, masih kata
Muhtar, adalah gerakan atau kampanye anti politisi busuk pada pemilu 2014. Hal hal
tersebut penting karena gerakan politisi busuk amat relevan dalam sistem pemilu
yang berorientasi pada kandidat yang memperoleh suara terbanyak. Untuk itu, Muhtar
menyarankan agar masyarakat mampu membuat daftar para politisi yang mempunyai track record buruk, seperti politisi yang
pernah tersangkut masalah korupsi dan pelanggaran HAM. “Dengan mengerti track
record politisi, masyarakat bisa lebih berhati-hati dalam memilih calon
pemimpin,” ujarnya.
Ia menambahkan, seorang politisi
atau parpol yang mempunyai track
record buruk di masa lalu, tidak perlu dipilih lagi meskipun mereka
mencalonkan diri. Sebab apa yang diberikan kepada masyrakat dimasa lalu
berpengaruh besar terhadap pemilihannya dalam pemilu nanti. “Jadi bagi politisi
yang selama ini tidak bisa mengabdikan diri pada masyarakat tidak usah dipilih,”
tegas Muhtar.
Sementara itu, Komisioner KPU pusat,
Sigit Pamungkas mengungkapkan jika partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum
saat ini masih rendah. Hal itu disebabkan oleh sempitnya pemikiran terhadap
lingkup partisipasi itu sendiri. “Masyarakat seharusnya bisa berpartisipasi
dalam pemilu melalui beberapa bentuk, yaitu keterlibatan dalam tahapan pemilu,
sosialisasi pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih, survey atau jajak
pendapat tentang pemilu, penghitungan cepat pemilu, dan pemantauan,”
pungkasnya. (num)
jangan gadaikan nasib kita lima tahun mendatang demi sesuatu yang tak pasti, apalagi demi uang....No golput, but choose the right choice...fighting!!!! ^_^
jangan gadaikan nasib kita lima tahun mendatang demi sesuatu yang tak pasti, apalagi demi uang....No golput, but choose the right choice...fighting!!!! ^_^